…sepenggal kisah, setelah duka sedikit sirna (tamat)…

Saya sedang asyik-asyiknya membahas tentang kondisi terkini salah seorang teman, yang kebetulan sedang sakit. Beberapa hari sebelumnya saya sempat menemani sang teman berobat ke spesealis THT. Penyakit yang semula kami anggap sepele, ternyata tidak. Dari jumlah nominal yang dikeluarkan untuk nebus resep, jelas sekali kalau penyakit tersebut tidak boleh dianggap enteng. Dalam ngobrol tersebut sebuah SMS masuk

“Malam om, besok Beni sekolah di MIN ya..”

“Wahhhh Beni, hebat ya…udah dapat belajar kembali”

Sebuah SMS yang saya tunggu-tunggu sehari sebelumnya. Dan ternyata baru pada malam hari masuk ke hand phone saya. Berita gembira tersebut saya forward ke Ady, teman yang juga ikut membantu proses kembalinya Beni kesekolah.

“Alhamdulilah bang, alhamdulilah…” Ternyata Ady tidak mampu mengucapkan apapun ecuali ucap syukur.

“Ya Dy, kita harus tetap pantau, sebetah apakah Beni sekolah di MIN, masih belum 100 persen kita anggap berhasil, alau kita belum bisa memastikan apakah dia benar benar betah” Saya balas SMS ADy.

“Iya bang, semoga ini keputusan final Beni..”

Yang jelas kami semua lega. Berita bagus itu saya sampaikan ke teman-teman tim lain dan disambut senang. Sepertinya kami serasa baru saja melepaskan semua beban. Sehari, dua hari dan hari ketiga, tidak ada SMS lagi dari Beni, hingga saya berangkat ke Jakarta untuk sebuah keperluan.

Perjalanan ke Jakarta saya hanya untuk urusan tidak lebih dari 24 jam saja. Inilah rekor perjalanan tercepat saya. Selesai pertemuan saya langsung balik. Tak mau meninggalkan Padang terlalu lama. SAYA TERLALU CINTA DENGAN KOTA YANG SATU INI (Lebayyyyyy).

Ketika sedang Chek In di Bandara Soeta Cengkareng, kembali SMS Beni masuk.

“Om, lagi ngapain ?”

“Hai Beni, gimana sekolahnya di MIN ?”

“Yahhh, om ditanya kok malah nanya ?” Baru saya sadar kalau dia menanyakan saya sedang melakukan apa.

“Heheheh iya, ini lagi check in di Bandara, mau pulang ke padang”

“Om dari mana, Jakarta ya…jangan upa oleh oleh ya..”

“Mau oleh-oleh apa ?”

“Emang om bisa beli oleh-oleh, kan sudah check in ?”

“Hehehehe iya yah…ya udah, lain kali aja ya..”

“Iya om, ehhh om besok Beni mau MID SEMESTER, ini sedang baca baca buku, tapi udah selesai..”

Mendengar itu saya kembali surprise. Setiap apapun perkembangan Beni ke arah positif, saya selalu surprise. Ternyata kesimpulan sementara saya, Beni sudah mulai betah.

“Wahhhh senang sekali om dengarnya, nanti om sampaikan ke bang Ady kabar ini ya…”

“Iya om, eh om, hari Sabtu depan, Beni datang ke Posko Gempa Alai Parak Kopi lagi ya, mau main dengan anak-anak disana…”

“Wahhh, bagus sekali, begini aja, nanti hari Sabtu Beni bawa baju ganti saja, pulang sekolah biar dijemput Bang Ady saja, lalu sekalian nanti ke Alali Parak Kopi, nah sore harinya biar mama jemput ke Alai saja, kasihan mama kalau harus bolak balik..”

“Iya om, terus Beni makan siang dimana ?”

Yahhhh, anak ini polos banget……….

“Soal makan siang, biar bang Ady yang atur deh, rumah dia kan dekat MIN itu…”

“Iya om, udah dulu ya…mau belajar lagi niy…”

“Iya…om juga mau terbang niy…sampai ketemu Sabtu ya…”

“Iya om…”

Hanya itu, kami semakin yakin, Beni telah menemukan pilihannya. MIN Gunung Pangilun adalah pilihannya, sekalipun sekolah tersebut sangat jauh dari rumahnya. Kami menghargai pilihan Beni……