Saya paling suka menonton acara televisi dengan tema petualang. Entah kenapa, ada daya tarik tersendiri. Barangkali karena gambar yang disajikan adalah pemandangan, kehidupan social masyarakat ataupun pola dan kebiasaan hidup sebuah komunitas. Paling saya suka lagi jika acara petualangan itu dikemas menjadi acara anak-anak semacam BOCAH PETUALANG. Ya…Bocah Petualang bagi saya tontonan yang menyegarkan, apalagi di putar siang hari. Enak sekali jadi teman tidur.
Lama sudah saya jadi penikmat acara ini dan barulah saya sadar, ternyata selama ini acara Bocah Petualang (dan acara sejenisnya) lebih banyak mengekspos anak laki-laki ketiban anak perempuan. Memang ada beberapa kali episode yang memperlihatkan anak perempuan, tapi hanya sebagai peran figuran.
Saya tidak tahu, kenapa hal ini terjadi. Tapi bukankah berpetualang, menikmati alam, serta semua keasyikan yang ditampilkan dalam acara tersebut juga milik ‘anak perempuan ?”. Apakah tidak boleh/tidak layak jika anak perempuan ikut menikmati sensasi yang ditawarkan dari sebuah petualangan itu ?.
Barangkali ada alas an yang sangat mendasar yang dimiliki oleh produser acara ini. Mungkin saya yang tidak mengetahuinya. Tapi, saya sebagai orang awam melihat bahwa bermain, mengisi waktu luang, dan sebagainya, tidak monopoli anak laki-laki saja, juga hak anak perempuan kita. Jika seluruh anak bisa menikmati semuanya dengan bahagaia tanpa perbedaan, maka mereka akan tumbh menjadi manusia yang ceria, kreatif dan menghargai sesama.
Terlepas dari itu semua, Bocah Petualang menurut saya adalah acara yang sangat mendidik.
hehehe… bukankah memang Indonesia secara tidak langsung sudah menyetujui gender?
perempuan itu ngga boleh bertualang, itu hanya kerjanya laki-laki.
EM
Siiipp..! bundo dulu juga manjat pohon, maen di sawah dan bertualang ke kampung seberang kok. Produsernya kesulitan menemukan pemainnya kali ya moe..? bundo mau ikut casting aaahh.. 😀
benar itu Moe, saya juga pernah berpikir yang sama. barangkali persoalannya seperti yang dikatakn bundo, bahwa produsernya kesulitan untuk mencari petualang perempuan. seharusnya bisa tuh, tinggal lagi memilih tema petualangannya. oya, bukankah salah satu acara petualang di stasiiun tv tersebut pemandunya justru perempuan?
satu lagi nih kritikan saya buat acara itu. sepertinya, acara itu lebih mengeksplorasi bocah pedesaan. sehingga, kesannya bocah perkotaan adalah obyek yang “salah” dan patut belajar dari bocah desa. seharusnya ada keseimbangan antara keduanya.
whatever, saya juga menyukai acara ini 🙂
Teragntung dari skenarionya Imoe…dan mungkin juga apakah ada anak cewek yang sesuai?
Soalnya kalau seperti jejak petualang, justru kan tokohnya cewek dan cakep-cakep…walau keluar masuk hutan, mandi dilaut, naik kano diantara pohon bakau, sampai naik turun gunung dan masuk goa.
Mungkin kalo tokoh utamanya anak perempuan jadi ribet B’ Im, misalnya gak mau inilah, gak berani itulah, dll…
Sebenarnya klu mau menjadikan anak perempuan jadi salah satu pemeran dalam bocah petualang banyak kok,…. banyak anak perempuan yang suka manjat2, mandi2 dilaut bahkan didaerah saya ada anak perempuan yang surving,….. hehehehe
wah, aku malah berpendapat sebaliknya. tayangan-tayangan petualangan indonesia justru dimulai oleh riany djangkaru sebagai host-nya. baru kemudian petualang-petualang lainnya mengikuti. jadi bukan karena tidak ada,mungkin produser memang kesulitan menemukan.
Sebuah Pengamatan ya Jeli …
However …
saya satu dua kali sempat melihat pemeran anak perempuan disana …
walaupun bukan peran sentral …
mungkin, hanya mungkin….
pihak tersangkut (kayak jemuran) lebih mengekspos anak laki2 supaya mencerminkan gimana petualangan laki2 iotu yang sebenarnya. kalau kita berandai2 seandainya pemerannya perempuan, nggak mungkin kan nge shoot perempuan mandi disungai, menangkap belut ataupun bermain bola dilumpur
itu hanya akan merusak citra perempuan indonesia yang ayu. tapi kalau laki2 akan menguatkan citra lelaki indinesia menjadi lelaki yang pemberanio dan berjiwa petualang
setelah panjang lebar intinya adalah: menurut saya bagian terseru dari petualangan adalah keceriaan dan bergelumur lumpur (prasaan seperti iklan sabun cuci). mungkin perempuan akan bisa melakukan yang pertama tapi tidak dengan yang kedua
bikin acara lain pak imoe. “khusus ruang perempuan”, “di balik gemulai”, atau judul lain yang lebih pas.
Aku juga suka si bolang!
*and bener, baru mikir.. napa perempuan gak dilibatkan yah disitu…
pdhl saya perempuan,, and saya suka berpetualang looh! 🙂
aku fikir, anak perempuan layak kok utk ikut berpetualang. Lanjutkan
perempuan itu makhluk paling lengkap menurutku, jadi semestinya di sertakan utk melengkapi kekurangan yg dimiliki laki2.
Pengamatan yang jeli… !!
Mungkin untuk acara TV memasak yang biasa dipandu oleh presenter perempuan, perlu juga untuk dipandu presenter laki-laki.. !!
Bagaimana ?
bukankah sudah banyak acara memasak yang dipandu laki- laki??
untuk Bolang yang diperankan oleh anak perempuan rasanya sudah ada, namun memang hanya beberapa kali.kebetulan waktu itu saya pernah nonton
Selamat Milad bang imoe. KApan kita bisa ketemu lagi ya??
Saya tidak terlalu tau dengan program televisi tersebut.
Tapi menanggapi kenapa anak perempuan yang tidak pernah menjadi pemeran utama dalam acara tersebut, menurut saya karena fisik anak perempuan agak sedikit kurang dibanding dengan anak cowo, yang notabene kegiatan seperti itu membutuhkan waktu yang cukup panjang dan tenaga yang ekstra. Jadi mungkin salah satu alasanya seperti itu..
BUkan berarti saya tidak suka dengan anak perempuan yang bertualang. Malahan anak perempuan yang suka bertualan ke alam akan lebih jago dibanding dengan anak laki2 yang hanya suka PS dan permainan zaman sekarang..
wahh.. saia juga bolang waktu masih SD
dan itu sangat menyenangkan. ga peduli lutut saia luka-luka karna sering terjatuh ataupun baju saia basah gara-gara main disungai dan saia pulang dengan penampilan kumal..
Tapi saia sangat mensyukuri itu. Karna saia pernah merasakan sensasinya
😀
hehehehe sayang jaman kecilq dulu gak da yang namanya bolang2, yang ada ma cuma belalang2
Like this article..
Yope..secara tidak sadar media masa pun telah mendidik masyarakat untuk jadi “bias gender”..
Dari lahirpun orang tua sudah membiasakan kita dengan istilah”..
Warna biru untuk pria..Warna pink untuk wanita..
Mobil”an untuk pria..Boneka untuk wanita..
Banyak hal lainya..
Lalu muncul pertanyaan..
Apakah warna itu punya jenis kelamin..???
Apakah benda juga mempunyai jenis kelamin..??
Jadi..kenapa akhirnya di kotak”-an..???
lah… kalo acara itu dijadi’in teman tidur siang gimana nontonnya Non…?
Bukannya nonton TV malah ditonton….